Skip to main content

Senyum senja untuk sang pemalas

          Minggu,6 July 2014

Senyum Senja Untuk Sang Pemalas

Senyum senja untuk sang pemalas
          Hari Minggu bahkan tak seperti hari Minggu,karna semua hari adalah hari Minggu.Atau kenyataannya bahkan kau tidak mengingat hari apa dan tanggal berapa hari ini.Itu sama sekali tidak penting.
          Terlalu lelah tidur.
Mimpi dan igauanmu selalu mengiringi.Senyuman ,kemarahan ,tawa terbahak-bahak dan segala emosi lain dapat mereka saksikan.Dan kau akan mengira bahwa kau terlalu terbuka saat tertidur dan terlalu menutup diri saat akal sehat dan sakitmu menguasai segala tingkah lakumu.
          Kenikmatan santai apa yang dimiliki oleh seorang yang memiliki segala kesantaian.Semua hambar dan hanya akan menorehkan rasa pening dan nyeri dipunggung.Bahkan hanya senja di atap rumah dengan kilauan jingganya yang mampu membuatmu tersenyum,menikmat angin yang menerbangkan helaian rambut dan ayunan kedua kakimu,dan hanya saat itulah kau temui matahari tak lagi sombong.
          Saat itu juga kulihat kau tengah sibuk dengan buku coklatmu,tempat menorehkan segala rahasiamu.Menunduk dan menuliskan segala kata-kata yang tak memiliki akhir, karna kau tahu semua akan berakhir dengan suara panjang nan meliuk –liuk dari surau tempatmu dulu bermain dan tempat pertama kali kau belajar menggunakan sepeda yang memiliki empat roda di belakangnya.
          Atau kau hanya akan duduk di pinggiran kolam hijau tak berikan.Memandang langit dan selalu terperangah dengan apa yang terbang berkelompok di atas sana.Dan kaupun tersenyum dan mengatakan dalam hatimu “Jadi itukah cara kalian bertasbih mengagungkan nama Tuhanku?” hingga kau sadari penyesalanmu untuk menjadi manusia yang perlahan muncul.
          Bagaimana bisa kau merasa sendiri di antara begitu banyak mahluk,atau kau memang memilih sendiri dan hidup berkutat dengan pikiran-pikiran gilamu.
          Perlahan kau bangkit dan menengadah ke langit ,kau tak menemui tujuanmu namun tetap kau lempar batu itu,melesat memecah angin dan kau temui langit kembali membalas lemparanmu.Kuingat kaulah dulu yang melempari atap-atap rumah tetanggamu dengan batu-batu kecil,memanggil penjual yang melewati depan rumahmu hingga dia berhenti dan kaupun bersembunyi di balik dedaunan di atap rumah,mencuri buah jambu,jeruk dan srikaya milik tetangga yang menyentuh wilayah atap rumahmu atau melempari kotoran keatap rumah merpati milik tetangga belakang rumah.Dan sekarang kutemui kau tengah menghukum dirimu sendiri diantara teriakan dedaunan dan jambakan angin,karna selalu kau tahu semua terlalu hambar untuk merasakan nikmatnya rasa sakit.

Baca Juga:
Tuhan Saya Lelah

Comments