Senyum
senja untuk sang pemalas
Hari Minggu bahkan
tak seperti hari Minggu,karna semua hari adalah hari Minggu.Atau kenyataannya
bahkan kau tidak mengingat hari apa dan tanggal berapa hari ini.Itu sama sekali
tidak penting.
Terlalu lelah tidur.
Mimpi
dan igauanmu selalu mengiringi.Senyuman ,kemarahan ,tawa terbahak-bahak dan
segala emosi lain dapat mereka saksikan.Dan kau akan mengira bahwa kau terlalu
terbuka saat tertidur dan terlalu menutup diri saat akal sehat dan sakitmu
menguasai segala tingkah lakumu.
Kenikmatan santai apa yang dimiliki oleh seorang yang
memiliki segala kesantaian.Semua hambar dan hanya akan menorehkan rasa pening
dan nyeri dipunggung.Bahkan hanya senja di atap rumah dengan kilauan jingganya
yang mampu membuatmu tersenyum,menikmat angin yang menerbangkan helaian rambut
dan ayunan kedua kakimu,dan hanya saat itulah kau temui matahari tak lagi
sombong.
Saat itu juga kulihat kau tengah sibuk dengan buku
coklatmu,tempat menorehkan segala rahasiamu.Menunduk dan menuliskan segala
kata-kata yang tak memiliki akhir, karna kau tahu semua akan berakhir dengan
suara panjang nan meliuk –liuk dari surau tempatmu dulu bermain dan tempat
pertama kali kau belajar menggunakan sepeda yang memiliki empat roda di
belakangnya.
Atau kau hanya akan duduk di pinggiran kolam hijau tak
berikan.Memandang langit dan selalu terperangah dengan apa yang terbang
berkelompok di atas sana.Dan kaupun tersenyum dan mengatakan dalam hatimu “Jadi
itukah cara kalian bertasbih mengagungkan nama Tuhanku?” hingga kau sadari
penyesalanmu untuk menjadi manusia yang perlahan muncul.
Bagaimana bisa kau merasa sendiri di antara begitu banyak
mahluk,atau kau memang memilih sendiri dan hidup berkutat dengan
pikiran-pikiran gilamu.
Perlahan kau bangkit dan menengadah ke langit ,kau tak
menemui tujuanmu namun tetap kau lempar batu itu,melesat memecah angin dan kau
temui langit kembali membalas lemparanmu.Kuingat kaulah dulu yang melempari
atap-atap rumah tetanggamu dengan batu-batu kecil,memanggil penjual yang
melewati depan rumahmu hingga dia berhenti dan kaupun bersembunyi di balik
dedaunan di atap rumah,mencuri buah jambu,jeruk dan srikaya milik tetangga yang
menyentuh wilayah atap rumahmu atau melempari kotoran keatap rumah merpati
milik tetangga belakang rumah.Dan sekarang kutemui kau tengah menghukum dirimu
sendiri diantara teriakan dedaunan dan jambakan angin,karna selalu kau tahu
semua terlalu hambar untuk merasakan nikmatnya rasa sakit.
Comments